
Film "Bali - Heaven On Earth" karya Ivander Aditya Tjandra
JournalBali.com, DENPASAR – Ajang Festival
Film Dokumenter Bali (FFDB) 2012 berhasil menjaring 20 film dokumenter.
Panitia FFDB melalui jejaring sosial Facebook berhasil merangsang 39
sineas dari pelbagai daerah di Indonesia untuk berpartisipasi dengan
mendaftarkan diri via internet baik melalui surat elektronik ke alamat
akun yang disiapkan panitia, juga melalui akun jejaring sosial Facebook.
Namun ketika batas waktu yang ditetapkan tiba, beberapa sineas terpaksa
membatalkan kesertaannya karena berbagai sebab, antara lain karena
materi film belum lengkap dan menyatakan akan menyertakan pada festival
yang sama tahun depan. Rupanya, beberapa materi yang akan mereka angkat
dalam film baru terjadi beberapa saat jelang penutupan pengumpulan
karya. Sehingga mereka tak bisa mengejar tengat waktu tersebut.
Para sineas dari beberapa daerah seperti Probolinggo, Medan dan
Singaraja menyambut hajatan FFDB. “Kami mengirim karya ke FFDB karena
kami anggap FFDB itu penting bagi perkembangan film dokumenter di
Indonesia. Saya berharap karya-karya kami bisa masuk dalam sesi
pemutaran karya agar karya tersebut dapat diapresiasi oleh masyarakat
dunia yang ada di Bali.,” kata Bowo Leksono, penggiat komunitas film
dokumenter Purbalingga yang getol berupaya memajukan film dokumenter
Indonesia di daerahnya.
Sementara Andi Hutagalung dari Medan berpendapat melalui festival
film dokumenter ingin meneguhkan eksistensi komunitas film di Medan
untuk selalu peduli terhadap budaya lokal. Sedangkan dari Singaraja,
Putu Satria Kusuma, Sutradara Teater asal Banyuning, Buleleng yang kini
serius menekuni dan memajukan film dokumenter di Singaraja yang
beberapa karya dokumenternya telah memanangi festival tingkat Bali dan
nasional berpendapat, ““Melihat komposisi jurinya. Saya memandang
festival ini sebagai festival film dokumenter bertaraf nasional bahkan
internasional. Jadi, karena itu saya memandang FFDB sebagai Festival
film documenter yang penting untuk diikuti oleh para sineas Bali.”
Dari 20 film yang dikirmkan terdiri dari 10 film dari luar Bali,
sebagai berikut: 1.Bali di Tanah Deli (Kami Production – Medan,
Sumatera Utara), 2.Epic Java (Febian Nurrahman Sakti Negara – Bandung,
Jawa Barat), 3.Sejarah Keroncong di Kampung Tugu (Gatot Kaca Production
– Jakarta),4.Kamulyaning Malioboro (Ferdinand Parulian Silitonga – ISI
Yogyakarta), 5.Bali – Heaven on Earth (Ivander Aditya Tjandra –
Surabaya, Jawa Timur), 6.Permata di Tengah Danau (Andi Parulian
Hutagalung – Medan, Sumatera Utara), 7.Goresan Anak Gumelem (Bowo
Leksono, GoldWater Films – Purbalingga, Jawa Tengah), 8.Leng Apa
Jengger (La-Cimplung – Purbalingga, Jawa Tengah), 9.Rantau (Annisa
Ratna Pertiwi – Bandung, Jawa Barat), 10.Show Must Go On (Dyah
Verakandhi, Trenggalek, Jawa Timur), 11. Curah Hati Terdedikasi
(Rachmadian Andika Putra - Sleman, DIY).
Sedangkan dari Bali ada 9 karya film dokumenter, sebagai berikut:
1.Made Taro, Benteng Terakhir Permainan Tradisional Bali (Raturu
Production – Denpasar), 2.Satu hati di Antara dua Doa (Komunitas Film
Buleleng, Singaraja), 3.Pura Tanpa Daging Babi (Sanggar Siap Selem,
Jeruk Mancingan Bangli), 4.Burdah (Sunari Studio, Karangasem), 5.
Grebeg Aksara, Menuju Persahabatan Supra Dunia (Cinemalah, Denpasar),
6.Hercules Dari Panti Asuhan (I GM Surya Sanjaya Putra, Tabanan), 7.
Puri Kini (SMK PGRI Amlapura, Karangasem), 8. The Beauty of Colours as
One (Dewa Ayu Tri Kusumawati – Klungkung), 9. Subak Pancoran, Sinar
Kecil di Kaki Bukit (Putu Satria Kusuma – Singaraja).
Tim kurator yang terdiri dari IGP Wiranegara, Samsul Hadi, dan
Erick Est telah mengurasi 20 karya tersebut, memutuskan 11 film
dokumenter terbaik, sebagai berikut : 1.Bali – Heaven On Earth (Ivander
Aditya Tjandra – Surabaya, Jawa Timur), 2.Burdah (Sunari Studio,
Karangasem), 3.Goresan Anak-Anak Gumelem (Bowo Leksono, GoldWater Films
– Purbalingga, Jawa Tengah),
4.Hercules Dari Panti Asuhan (I GM Surya Sanjaya Putra, Tabanan), 5.Leng Apa Jengger (La-Cimplung – Purbalingga, Jawa Tengah), 6.Made Taro, Benteng Terakhir Permainan Tradisional Bali (Raturu Production – Denpasar), 7.Permata di Tengah Danau (Andi Parulian Hutagalung – Medan, Sumatera Utara), 8.Pura Tanpa Daging Babi (Dwitra J. Ariana -Sanggar Siap Selem,Bangli), 9.Satu Hati, di Antara Dua Doa (Gede Seen – Komunitas Film Buleleng, Singaraja), 10.Subak Pancoran, Sinar Kecil Di Kaki Bukit (Putu Satria Kusuma – Singaraja), 11.Epic Java (Febian Nurrahman Sakti Negara – Bandung, Jawa Barat).
4.Hercules Dari Panti Asuhan (I GM Surya Sanjaya Putra, Tabanan), 5.Leng Apa Jengger (La-Cimplung – Purbalingga, Jawa Tengah), 6.Made Taro, Benteng Terakhir Permainan Tradisional Bali (Raturu Production – Denpasar), 7.Permata di Tengah Danau (Andi Parulian Hutagalung – Medan, Sumatera Utara), 8.Pura Tanpa Daging Babi (Dwitra J. Ariana -Sanggar Siap Selem,Bangli), 9.Satu Hati, di Antara Dua Doa (Gede Seen – Komunitas Film Buleleng, Singaraja), 10.Subak Pancoran, Sinar Kecil Di Kaki Bukit (Putu Satria Kusuma – Singaraja), 11.Epic Java (Febian Nurrahman Sakti Negara – Bandung, Jawa Barat).
Sebelas film dokumenter tersebut akan dinilai oleh Dewan Juri yang
terdiri dari Dr. Lawrence Blair, Slamet Rahardjo Djarot, Prof. Dr. I
Made Bandem, Rio Helmy dan IGP Wiranegara. Dari penilaian tersebut para
juri akan memilih lima nomine yang satu di antaranya akan dinobatkan
sebagai Film Terbaik FFDB 2012. Para nomine akan memeroleh uang tunai
sebesar Rp3,5 juta. Sementara karya terbaik akan mendapat trophy dan
uang tunai sebesar Rp20 juta.
Film dokumenter terbaik akan diputar di Aula STIKOM Bali, Renon, Denpasar pada 1-3 Agustus 2012, pada pukul 19.30 Wita. (Tim JB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar