Sabtu, 21 Juli 2012



Film "Bali - Heaven On Earth" karya Ivander Aditya Tjandra
JournalBali.com, DENPASAR – Ajang Festival Film Dokumenter Bali  (FFDB) 2012 berhasil menjaring 20 film dokumenter. Panitia FFDB melalui jejaring sosial Facebook berhasil merangsang 39 sineas dari pelbagai daerah di Indonesia untuk berpartisipasi dengan mendaftarkan diri via internet baik melalui  surat elektronik ke alamat akun yang disiapkan panitia, juga melalui akun jejaring sosial Facebook. Namun ketika batas waktu yang ditetapkan tiba, beberapa sineas terpaksa membatalkan kesertaannya karena berbagai sebab, antara lain karena materi film belum lengkap dan menyatakan akan menyertakan pada festival yang sama tahun depan. Rupanya, beberapa materi yang akan mereka angkat dalam film baru terjadi beberapa saat jelang penutupan pengumpulan karya. Sehingga mereka tak bisa mengejar tengat waktu tersebut.
Para sineas dari beberapa daerah seperti Probolinggo, Medan dan Singaraja menyambut hajatan FFDB. “Kami mengirim karya ke FFDB karena kami anggap FFDB itu penting bagi perkembangan film dokumenter di Indonesia. Saya berharap karya-karya kami bisa masuk dalam sesi pemutaran karya agar karya tersebut dapat diapresiasi oleh masyarakat dunia yang ada di Bali.,” kata Bowo Leksono, penggiat komunitas film dokumenter Purbalingga yang getol berupaya memajukan film dokumenter Indonesia di daerahnya.
Sementara Andi Hutagalung  dari Medan berpendapat  melalui festival film dokumenter ingin meneguhkan eksistensi komunitas film di Medan untuk selalu peduli terhadap budaya lokal. Sedangkan dari Singaraja, Putu Satria Kusuma, Sutradara Teater asal Banyuning, Buleleng yang kini serius menekuni dan memajukan film dokumenter  di Singaraja yang beberapa karya dokumenternya telah memanangi festival tingkat Bali dan nasional berpendapat, ““Melihat komposisi jurinya. Saya memandang festival ini sebagai festival film dokumenter bertaraf nasional bahkan internasional. Jadi, karena itu saya memandang FFDB sebagai Festival film documenter yang penting untuk diikuti oleh para sineas Bali.”
Dari 20 film yang dikirmkan terdiri dari 10 film dari luar Bali, sebagai berikut:  1.Bali di Tanah Deli (Kami Production –  Medan, Sumatera Utara),  2.Epic Java (Febian Nurrahman  Sakti Negara – Bandung, Jawa Barat), 3.Sejarah Keroncong di Kampung Tugu (Gatot Kaca Production – Jakarta),4.Kamulyaning Malioboro (Ferdinand Parulian Silitonga – ISI Yogyakarta), 5.Bali – Heaven on Earth (Ivander Aditya Tjandra – Surabaya, Jawa Timur),  6.Permata di Tengah Danau (Andi Parulian Hutagalung – Medan, Sumatera Utara), 7.Goresan Anak Gumelem (Bowo Leksono, GoldWater  Films – Purbalingga, Jawa Tengah), 8.Leng Apa Jengger (La-Cimplung – Purbalingga, Jawa Tengah), 9.Rantau (Annisa  Ratna Pertiwi – Bandung, Jawa Barat), 10.Show Must Go On (Dyah Verakandhi, Trenggalek, Jawa Timur), 11. Curah Hati Terdedikasi (Rachmadian Andika Putra -  Sleman, DIY).
Sedangkan dari Bali ada 9 karya film dokumenter, sebagai berikut: 1.Made Taro, Benteng Terakhir Permainan Tradisional Bali (Raturu Production – Denpasar), 2.Satu hati di Antara dua Doa (Komunitas Film Buleleng, Singaraja), 3.Pura Tanpa Daging Babi (Sanggar Siap Selem, Jeruk Mancingan Bangli), 4.Burdah (Sunari Studio, Karangasem), 5.    Grebeg Aksara, Menuju Persahabatan Supra Dunia (Cinemalah, Denpasar), 6.Hercules Dari Panti Asuhan (I GM Surya Sanjaya Putra, Tabanan), 7. Puri Kini (SMK PGRI Amlapura, Karangasem), 8. The Beauty of Colours as One (Dewa Ayu Tri Kusumawati – Klungkung), 9. Subak Pancoran, Sinar Kecil di Kaki Bukit (Putu Satria Kusuma – Singaraja).
Tim kurator yang terdiri dari  IGP Wiranegara, Samsul Hadi,  dan Erick Est telah mengurasi 20 karya tersebut, memutuskan 11 film dokumenter terbaik, sebagai berikut : 1.Bali – Heaven On Earth (Ivander Aditya Tjandra – Surabaya, Jawa Timur), 2.Burdah (Sunari Studio, Karangasem), 3.Goresan Anak-Anak Gumelem (Bowo Leksono, GoldWater  Films – Purbalingga, Jawa Tengah),
4.Hercules Dari Panti Asuhan (I GM Surya Sanjaya Putra, Tabanan), 5.Leng Apa Jengger (La-Cimplung – Purbalingga, Jawa Tengah), 6.Made Taro, Benteng Terakhir Permainan Tradisional Bali (Raturu Production – Denpasar), 7.Permata di Tengah Danau (Andi Parulian Hutagalung – Medan, Sumatera Utara), 8.Pura Tanpa Daging Babi (Dwitra J. Ariana -Sanggar Siap Selem,Bangli), 9.Satu Hati, di Antara Dua Doa (Gede Seen – Komunitas Film Buleleng, Singaraja), 10.Subak Pancoran, Sinar Kecil Di Kaki Bukit (Putu Satria Kusuma – Singaraja), 11.Epic Java (Febian Nurrahman  Sakti Negara – Bandung, Jawa Barat).
Sebelas film dokumenter tersebut akan dinilai oleh Dewan Juri yang terdiri dari Dr. Lawrence Blair, Slamet Rahardjo Djarot, Prof. Dr. I Made Bandem, Rio Helmy dan IGP Wiranegara. Dari penilaian tersebut para juri akan memilih lima nomine   yang satu di antaranya akan dinobatkan sebagai Film Terbaik FFDB 2012. Para nomine akan memeroleh uang tunai sebesar Rp3,5 juta. Sementara karya terbaik akan mendapat trophy dan uang tunai sebesar Rp20 juta.
Film dokumenter terbaik  akan diputar di Aula STIKOM Bali,  Renon, Denpasar pada 1-3 Agustus 2012, pada pukul 19.30 Wita. (Tim JB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar