Minggu, 30 September 2012

Erasmus Huis dan SBM Umumkan Pemenang Kompetisi Film Dokumenter

alt
JAKARTA, PedomanNEWS – Pusat Budaya Kerajaan Belanda, Erasmus Huis bersama School for Broadcast Media (SBM) mengumumkan pemenang kompetisi film documenter 2012. Bertempat di Erasmus Huis, Sabtu (29/9) malam.
Pulo Aceh : Surga yang Terabaikan karya RA Karamullah asal Aceh meraih juara dalam kategori pilihan penonton sepanjang Pekan Film Internasional Dokumenter yang digelar pada tanggal 25 hingga 29 September di Erasmus Huis. Sementara untuk kategori pelajar, Fabian Nurrahman Saktinegara dari ITB meraih penghargaan untuk ketegori pelajar dalam film documenternya yang bertajuk Epic Java mengangkat tentang keindahan dan eksotiknya tempat-tempat di Pulau Jawa. 
Sedangkan Andi Hutagalung lewat film dokumenternya yang memotret tentang kehidupan anak-anak di Pulau Somosir, Sumatera Utara dan juga Sopo Belajar tempat para anak mewujudkan impian mereka meraih penghargaan kategori umum dalam ajang ini.
Dalam sambutannya, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Tjeerd Feico de Zwaan mengapresiasikan kegiatan ini dan berterima kasih kepada pihak yang ikut membantu kegiatan ini untuk kedua kalinya.
“saya sangat senang sekali dengan animo masyarakat, tanpa ada kalian ini tidak mungkin terjadi, Kedubes dan Erasmus mencoba memfasilitasi agar kedepannya ada film documenter asal Indonesia dikenal luas oleh dunia,” ujarnya.
Dalam penutupan Pekan Film Internasional Dokumenter, Erasmus Huis dan SBM menyuguhkan film documenter tentang kehidupan sosok dibalik fenomenal music asal Jamaika, Regge yaitu Marley karya sutradara asal AS, Kevin McDonald.
Rhesa Ivan Lorca

Kamis, 13 September 2012


Permata di Tengah Danau (18:59), by Andi Hutagalung (Medan), 26 Sept @16:30, Theater & 29 Sept @09:30, Theater

oleh Sbm Golden Lens pada 13 September 2012 pukul 15:57 ·
Jadwal SCREENING SBM GOLDEN LENS 2012 * 1 dari 10 karya KATEGORI UMUM terpilih * Festival: 25 - 29 Sept @ Erasmus Huis.

Permata di Tengah Danau (18:59), by Andi Hutagalung (Medan)
Berawal dari kegelisahan sebagai perantau, Togu Simorangkir meninggalkan kemapanan di Jakarta, kembali ke Tanah Batak. Di sebuah desa di Pulau Samosir ia mendirikan sanggar belajar yang diberi nama Sopo Belajar. Sopo Belajar meretas keterbatasan akses anak-anak desa atas informasi dan pengetahuan. Meski tantangan datang silih berganti, niat untuk melahirkan permata-permata yang berani bermimpi tak pernah surut.

26 September, 16:30, Theater
29 September, 09:30, Theater

Permata di Tengah Danau (18:59)', by Andi Hutagalung